Namanya Dinda. Sejak pertama mengenalnya, aku merasakan hal yang berbeda. Hatiku bergetar, seakan ia adalah segala yang mampu membuat diriku selalu berbunga-bunga. Namun, mengapa kita harus berbeda?
Aku tahu, cinta berbeda agama adalah hal yang sangat rumit, lebih rumit dari rumus menghitung berapa berat Bumi saat ini. Aku tahu, kelak cinta yang saat ini aku rasakan hanya akan berakhir dengan perpisahan, karena aku tak mau memaksakan agama yang kuyakini menjadi agamanya juga.
Lalu aku harus bagaimana? Hubungan ini sudah terjalin hampir empat tahun. Dan aku masih selalu merasa nyaman dengannya. Hanya sesekali kami bermurung diri, bertengkar dalam hari, ketika bertanya "Kapan kami menikah?". Karena kami sama sekali tidak tahu jawabannya.
"Jika aku mengkhianati apa yang aku percayai kini, hanya untuk dirimu. Lalu mungkin saja suatu hari nanti aku mengkhianatimu karena ada cinta lain yang menggangguku. Jika Tuhan saja berani aku khianati, apalagi kamu?" Begitulah jawaban Dinda setiap kali kami bicara masalah yang tak ada jalan keluar lain selain perpisahan itu.
"Baiklah, kita selesai.." Aku ingin mengucapkan itu, namun hati kecilku tak mau. Aku masih mencintainya. Akankah Tuhan memaafkanku? Bukankah setiap agama mengajarkan cinta kasih kepada sesama tanpa batasan agama?
Aah, pasti kalian akan mengucapkan "Kalau jodoh tak kan kemana.. Masih banyak wanita seiman." Sayangnya, bagiku itu tak berlaku. Mau'kah Tuhan menjodohkannya denganku tanpa harus membuat keyakinannya sama dengan keyakinanku? Tak ada yang tahu.
Sampai saat ini aku menunggu. Menunggu perubahan hatinya, atau perubahan hatiku sendiri. Mungkin saja, hati kami berdua berubah, tidak lagi saling mencintai, atau tidak lagi peduli pada aturan yang membuat kami terkekang. Mungkin saja kami menikah, dengan perbedaan agama yang kami miliki. Ya, mungkin saja. Segalanya mungkin. Bahkan mungkin Tuhan memisahkan kami dengan cara kematian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar